Kamis, 25 Juni 2015

Tentang "Santa Sesilia"

 Image result for santa sesilia

Santa Sesilia adalah seorang perawan dan martir, serta pelindung musik gereja, yang dimartir di Roma sekitar abad III. Pesta Santa Sesilia masih dirayakan secara besar di Gereja Santa Caecilia di Kuarta Trastevere di Roma pada setiap tanggal 22 November.

Kira-kira pertengahan abad V kisah dari kemartiran Santa Sesilia mulai digubah. Di dalam kisah kemartiran ini diceritakan bahwa Santa Sesilia adalah seorang perawan suci, anak gadis dari keluarga senator bangsawan Romawi, dan sudah menjadi Kristen sejak kecil, yang telah mempersembahkan hatinya kepada Kristus. Di bawah gaun-gaunnya yang indah, seperti yang biasa dikenakan oleh para perempuan bangsawan, Sesilia mengenakan sehelai baju kasar yang membuatnya menderita. Sesilia ingin mempersembahkan silihnya itu kepada Yesus, pengantin yang telah dipilihnya.

Ayah Sesilia menikahkannya dengan seorang pemuda bangsawan yang baik hati bernama Valerianus. Namun demikian Valerianus adalah seorang kafir. Dikisahkan bahwa pada saat perayaan pernikahan berlangsung, pengantin  yang cantik itu duduk menyendiri. Di dalam hatinya, ia menyanyikan pujian-pujian kepada Tuhan serta berdoa memohon pertolonganNya.

Setelah pesta pernikahan, ketika kedua mempelai masuk ke dalam kamar pengantin, Sesilia memberanikan diri berbicara kepada Valerianus, ia memohon kepada Valerianus untuk menjaga kesucian dan keperawanannya,

“Aku mempunyai suatu rahasia yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku mempunyai seorang malaikat Allah yang menjagaku. Dan jika engkau memperkenankan aku memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja, maka malaikatku akan mengasihimu seperti ia mengasihiku.”

Valerianus amat terperanjat, ia berkata dengan lembut,
“Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.”

“Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air pembabtisan, maka engkau akan melihat malaikatku,” kata Sesilia.

Kemudian Valerianus pergi menemui Paus Urbanus yang menerimanya dengan gembira. Valerianus mendengar seluruh ajaran Kristiani yang diajarkan oleh Paus Urbanus dan memohon untuk dibabtiskan saat itu juga. Setelah menyatakan pengakuan iman Kristiani, Valerianus dibabtis dan pulang kembali kepada Sesilia. Pada saat itu juga langit terbuka dan seorang malaikat turun dari surga dan memahkotai Valerianus dan Sesilia dengan mahkota bunga mawar dan bunga bakung.

Tiburtius, saudara Valerianus, belajar iman Kristiani dari Sesilia. Sesilia mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya hingga tak lama kemudian Tiburtius pun dibabtis juga.

Bersama-sama, ketiganya dengan semangat iman, melakukan banyak perbuatan amal kasih. Mereka membagikan hartanya kepada orang-orang miskin serta tanpa sembunyi-sembunyi menguburkan para martir yang dibunuh karena tidak mau menyangkal Kristus.

Hal ini membuat marah penguasa setempat, yang dengan segera menangkap Valerianus dan Tiburtius dan menghumum mati mereka. Ketika mereka ditangkap oleh karena menjadi murid Kristus, dengan berani mereka memilih mati daripada mengingkari iman mereka kepada Yesus. Seorang algojo bernama Maximus untuk membunuh mereka, tetapi Sesilia malah menobatkan Maximus menjadi Kristen yang akhirnya dipenggal bersama-sama dengan mereka. Dengan kasih sayang Sesilia menguburkan jenazah mereka, tubuh mereka dikuburkan di dalam satu kuburan, sebelum akhirnya ia sendiri ditangkap.

Mengetahui bahwa dirinya akan mengalami nasib yang sama dengan suaminya, ia mewasiatkan kepada sanak keluarganya untuk membuat rumahnya menjadi gereja Roma. Ketika diadili ia dengan sangat fasih dan dengan penuh keagungan menyatakan iman kepada Kristus.

Sesilia dijatuhi hukuman disekap di pemandian uap keluarganya sendiri agar ia kehabisan napas, tetapi ia ditemukan tidak terluka sedikitpun di dalam ruangan tersebut.

Akhirnya, seorang ditugaskan untuk memenggal kepala Sesilia. Ia menebaskan pedangnya tiga kali ke leher Sesilia, namun kepala Sesilia tidak dapat terputus dari badannya. Hal ini membuat algojo tersebut ketakutan dan lari tunggang langgang. Walaupun mengalami luka yang cukup parah, Sesilia masih bertahan hidup selama tiga hari untuk melayani kebutuhan orang-orang miskin dengan kekayaannya.

Sebelum meninggal dengan mengacungkan tiga jari dengan tangannya yang satu dan satu jari di tangannya yang lain, ia masih menyatakan imannya kepada Allah Tritunggal Mahakudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar